radartimur.id

Dari Informasi ke Transformasi

Sabtu, 28 Juni 2025

PMII dan Tantangan 5.0

Muhammad Rizal

Anggota Ikatan Alumni PMII Maluku Utara

Sejarah seringkali mencatat bahwa perubahan besar lahir dari keberanian membaca tanda-tanda zaman. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang berdiri di tengah riuhnya perjuangan kemerdekaan pasca-1950-an, adalah bukti bahwa gagasan progresif mampu menjadi motor peradaban. Didirikan pada 17 April 1960, PMII membawa semangat pembaruan dalam tubuh anak muda Nahdlatul Ulama, memadukan idealisme ke-Islaman dengan semangat kebangsaan.

Namun, sejarah juga mengajarkan satu hal lain: organisasi yang gagal menyesuaikan diri dengan perubahan zaman akan ditinggalkan. Hari ini, PMII berdiri di persimpangan krusial. Dunia bergerak memasuki era Society 5.0, suatu tatanan sosial baru di mana kecerdasan buatan, big data, robotika, dan internet saling berkaitan dengan kehidupan manusia.

Teknologi bukan lagi sekedar alat produksi, melainkan bagian dari anatomi sosial manusia itu sendiri. Dalam lanskap baru ini, pertanyaannya sederhana tetapi mendalam: mampukah PMII beradaptasi tanpa kehilangan jiwa?

Society 5.0, lahir dari gagasan futuristik Jepang, mengusung visi besar: menempatkan manusia sebagai pusat inovasi teknologi. Bukan sekadar mempercepat industri, tetapi menciptakan peradaban yang lebih adil, humanis, dan berkelanjutan. Di tengah gelombang ini, Indonesia bergerak belum terlalu terukur. Di satu sisi, revolusi digital menciptakan peluang besar: demokratisasi informasi, ekonomi berbasis platform, pendidikan daring. Di sisi lain, ancaman nyata juga muncul: kesenjangan digital, polarisasi sosial, hingga dehumanisasi hubungan antarindividu.

Bagi PMII, tantangan ini bertingkat. Bukan hanya sekadar mengajarkan literasi digital kepada kader-kadernya, melainkan membangun mentalitas baru yang kreatif, adaptif, dan solutif. Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa perjalanan itu tidak mudah.

Sebagian cabang PMII memang sudah mulai melakukan inovasi. Di beberapa kota besar, kita menyaksikan pelatihan pembuatan aplikasi, hingga seminar tentang kecerdasan buatan. Ada juga program inkubasi startup berbasis pesantren di beberapa komisariat. Namun secara umum, gerak PMII dalam menghadapi era 5.0 masih nampak sporadis.

Banyak cabang yang masih terjebak dalam aktivitas seremonial: diskusi tanpa aksi, pelatihan tanpa aplikasi, kaderisasi yang lebih menekankan hafalan ketimbang inovasi. Lebih dari itu, budaya politik di tubuh PMII yang sering kali mewarisi penyakit kronis organisasi mahasiswa: pragmatisme kekuasaan, membuat pembaruan gagasan berjalan tertatih-tatih.

Padahal, PMII memiliki modal sosial dan kultural yang luar biasa. Jaringan alumninya menyebar luas di berbagai sektor: politik, birokrasi, akademisi, hingga dunia usaha. Modal tradisi keilmuan pesantren yang menghargai kebebasan berpikir, ijtihad, dan adaptasi kontekstual seharusnya menjadi kekuatan besar dalam menghadapi perubahan.

Tantangannya kini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah dalam dunia digital. PMII perlu menegaskan posisinya bukan sekadar sebagai organisasi mahasiswa Islam, tetapi sebagai laboratorium gagasan masa depan.

Ada sejumlah tantangan fundamental yang dihadapi PMII di era 5.0. Termasuk resistensi budaya di internal organisasi.

Sebagai organisasi berbasis tradisi keislaman, PMII memiliki kekayaan nilai: tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan ta’adul (adil). Namun nilai-nilai ini kadang diterjemahkan secara kaku dalam praktik organisasi. Misalnya, dalam konteks penggunaan teknologi: ada kekhawatiran bahwa terlalu cepat beradaptasi akan mencabut akar tradisi keilmuan mereka. Akibatnya, inovasi kerap dianggap “mengancam” stabilitas organisasi.

Padahal untuk begerak maju kemuka, PMII perlu mendirikan pusat riset nasional yang fokus pada isu-isu teknologi, lingkungan dan sosial. Pusat ini bukan hanya ruang diskusi, melainkan laboratorium ide yang konkret: merancang aplikasi, membuat riset kebijakan, hingga membangun ekosistem usaha sosial berbasis komunitas.

PMII pun perlu membuka jejaring global. Dunia hari ini tidak mengenal batas nasional dalam soal inovasi. Sehingga kader-kadernya harus didorong untuk terlibat dalam jaringan global: program pertukaran, kompetisi teknologi internasional, hingga kolaborasi riset lintas negara.

Dalam DNA PMII, terdapat semangat ijtihad (kreativitas dalam berpikir) yang seharusnya bisa menjadi sumber energi baru. Ada beberapa gerakan kecil yang layak dicatat. Ahmad Zainul Arifin, arsitek Platform Pesantren Digital dengan nama PesantrenGo. Platform digital ini menghubungkan pesantren-pesantren kecil dengan bantuan teknologi manajemen modern. Melalui aplikasi sederhana, PesantrenGo membantu pondok mencatat keuangan, absensi santri, hingga membuka akses donasi daring.

Siti Aminah, Penggerak Literasi Data di Kalimantan Tengah. Di tengah minimnya infrastruktur digital Aminah, menggagas aplikasi sederhana untuk mendata penduduk, kesehatan dan kebutuhan pangan masyarakat. Serta Muhammad Farhan kader PMII Jakarta Selatan, salah satu pendiri komunitas Ethics4AI Indonesia yang rutin mengadakan diskusi daring tentang bagaimana Islam Nusantara harus terlibat dalam perumusan kebijakan kecerdasan buatan.

PMII punya semua prasyarat maju kemuka dalam menghadapi tantangan Era 5.0. Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Menjadi pelopor bukan berarti meninggalkan akar tradisi, melainkan menerjemahkannya dalam bahasa zaman yang baru. Seperti air yang menyesuaikan bentuk wadahnya tanpa kehilangan hakikatnya.

Zaman tidak menunggu. Dalam sepuluh tahun ke depan, teknologi akan mengubah struktur sosial kita lebih cepat dari yang kita kira. Yang lambat akan terpinggirkan. Yang adaptif akan memimpin.

PMII bisa memilih menjadi catatan kaki sejarah atau menjadi subyek utama perubahan. Pilihan itu ada di tangan kader-kadernya hari ini.

PMII 17 April 1960-17 April 2025, Happy Anniversary ke-65

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini