radartimur.id

Dari Informasi ke Transformasi

Sabtu, 28 Juni 2025

In Memorial Sauman Abd Rahman

Oleh : Salim Taib

Redaktur Eksekutif RadarTimur.id

Pukul empat lima puluh tiga menit waktu subuh hand phoneku berdering melalui nomormu, istrimu mengabarkan yang kusadur ulang melalui whatsup “Assalamu’alaikum, Innalillahi Wainna Ilaihi Raaji’un, ka Salim, ka Maun meninggal mohon maaf jika ada salah baik ucapan maupun perbuatan, di Salim maupun teman-temannya” sambil membaca pesan singkat ini berulang-ulang derai air mata tidak dapat kutahan antara percaya dan tidak percaya kabar duka yang ku terima langsung dari istrimu (Nisa) melalui ponsel dan nomormu dalam lamunan itu beredar juga melalui whats up group IKA PMII yang aku baca pukul delapan pagi membenaran atas keraguan kabar kepergianmu.

Selamat jalan kawan, shahabat baikku, engkau yang ku kenal sejak tahun 1997 bersama-sama mendaftar di perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ternate pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan kebutulan dalam pembagian ruangan kami masih bersama-sama tidak berpisah di PAI 2, kursipun berdekatan, mengenalmu sejak 1997 hingga kepergianmu tidak pernah ada pertengkaran, tidak pernah saling menghianati kita berdua saling memberi support, disaat kuliah jika ada dosen yang tidak masuk kelas, kami berdua berinsiatif untuk mengatur kelas agar kelas tetap ada proses belajar mengajarnya terkadang saya harus maju di dapan kelas untuk menerangkan kembali materi apapun, semua teman-teman mengikuti dengan penuh kesungguhan sambil diskusi berjalan, begitupulah di lain kesempatan engkau di daulat untuk memberi mata kuliah menerangkan kembali di depan ruangan kelas, dialektika pengetahuanpun bergerak dalam ruang kelas walau tidak sebanding dengan dosen yang memberi dan menjelaskan mata kuliah mereka.

Selamat Jalan kawan di kampung keabadian, kutulis inmemoriam ini sebagai pengingat tentang persahabatan kami berdua agar mungkin anak-anak ku, membaca tulisan ini, mereka juga tau tentang hubungan persahabatan kami berdua, begitu akrab dan semoga anak-anak kami berdua menyambungkan persaudaraan ini seperti ayah mereka tidak lekang di makan waktu, bahwa memang pertemanan sejatinya di rawat hingga ajal memisahkan.. Kepergianmu terlalu cepat, namun sejarah harus kurangkai untuk mengenangmu agar kepergianmu menjadi pengingat tentang makna persahabatan abadi.

Kawan..! sejarah pertemanan ini mungkin telah banyak kuceritakan pada teman-teman yang lain yang belum tau, atau mungkin sebagian besar dalam komunitas warga Pergerakan, warga Nahdlatul Ulama, warga Gerakan Pemuda Ansor telah mendengar kisah ini terus terang kawan sebenarnya awal masuk perguruan Tinggi di semester awal saya banyak belajar darimu, belajar berpendapat, belajar berdebat darimu, engaulah yang mengajak teman-teman untuk mengangkat saya menjadi ketua kelas selama enam semester tidak pernah ada perubahan dan pergantian dari situlah saya belajar mengorganisir, berdua saling mengajak untuk ikut Pengkaderan pertama (MAPABA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Sulamadaha dengan ketua Komisariat Sahdi M.Laher, kami digodok, di didik, ditempah hingga 3 hari tiga malam, kami di baiyat oleh para senior untuk berkomitmen membesarkan Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Dalam berorganisasi di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia berdua denganmu terus bergerak menitih proses pengkaderan sampai pada satu titik engkau menjadi ketua Rayon Tarbiyah dan saya menjadi sekertaris Rayon mendampingi membesarkan PMII Rayon Tarbiyah setiap malam minggu kami mendesain kajian rutin tentang teori-teori Marx di depan kantor Gubernur rayon Tarbiyahpun hidup pada waktu itu, sampai pada suatu titik di semester empat dan lima terjadi pemilihan ketua Komisariat PMII STAIN Ternate di Aula kantor PU serunya adalah seluruh pesertanya adalah setiap kader PMII yang ada di STAIN Ternate, dan yang mencalonkan diri saat itu kami berdua engkau sebagai pemenang memperoleh suara 41 dan saya memperoleh suara 40 selisih satu suara, engkau menjadi ketua Komisariat PMII STAIN Ternate dan saya sebagai Rivalitas dalam pencalonan sebagai sekretaris Komisariat PMII STAIN Ternate.

Pada konteks pemilihan ketua Komisariat PMII STAIN Ternate rivalitas politik begitu hidup kita berdua saling menggiring kader, polarisasi kader PMII saat itu terbelah menjadi dua, dalam logika politik sejatinya rivalitas tidak bisa masuk dalam struktur kepengurusan, apalagi didapok menjadi sekretaris tapi itulah perkawanan sejati bahwa pertarungan tidak boleh merobek-robek bentuk pertemanan dan saya menemukan engkau kawan begitu, arif dan bijaksana satu bentuk pembelajaran kepemimpinan tanpa dendam. Dalam posisi sebagai ketua komisariat dan sekretaris ada suatu momentum terjadi menuju pelantikan ketua Umum PMII Cabang Ternate yakni Sahabat Irham Litte, saya dengan engkau Maun diberi tugas menyiarkan di radio Hikmah bertempat di Santiong tentang acara pelantikan PMII Cabang Ternate, sekaligus perintah ambil bambu tiang bendera di kampungmu (Kaiyasa), sebanyak seribu pohon bambu dan ini pekerjaan yang paling berat.

Teringat kisah itu tahun 1999-2000, setelah selesai siaran di radio Hikma tentang kedatangan ketua Umum PB PMII Syaiful Bahri Ansori dan Ketua Umum PB PMII Putri Luluk Nurhamida saat pelantikan Pengurus Cabang PMII Ternate Shahabat Irham Litte, berdua dengan almarhum shalat Dzuhur di Mesjid Muttaqin Ternate dan terjadi kehilangan sepatu di masjid, sedih rasanya karena sepatu itu baru di beli ibu almarhum, baru sekali pakai hilang lenyap di pinjam orang, saya berinsiatif membeli sandal yeye almarhum, kebutulan saya juara harapan 1 dan mendapatkan hadiah dalam lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan di kampus sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah. Dalam kekecewaannya sambil berjalan keluar dari masjid Muttaqien, berdua mengabarkan di secretariat PMII Cabang di Koloncucu Pantai melalui telpon umum (Koin), waktu itu yang angkat namanya Ibrahim Tidore, saat ini menjadi Sekretaris Kesbangpol Provinsi Maluku Utara, karena saya yang mengabarkan melalui telepon koin di depan Bank BRI Cabang Ternate kepada Ibrahim Tidore bahwa Samaun ABD Rahman sedang terkapar di Rumah Sakit Tentara karena di tabrak oleh Ojek, mereka semua panik yang ada di secretariat, termasuk Taufik Madjid dan Jasri Usman karera saat itu mereka menjadi Mabincab PMII Cabang Ternate.

Percakapan melalui telpon koin saya lalu menyampaikan kepada almarhum Maun mohon maaf saya telah berbohong menyampaikan di secretariat bahwa Maun mengalami kecelakaan dan sementara masuk rumah sakit tentara pica testa dan luka tangan, oleh karena itu tong dua ini suka main drama saat safari ramadhan dan itu terus menerus saat ini harus main drama asli agar jangan lagi katong berdua ambil bambu tiang bendera di kaiyasa, almarhum tanya maksudnya? Saya sampaikan kebutulan saya masih ada duit, saya beli forban, plester, kapas agar farban Maun pe luka di testa dan tangan, akhirnya semua skema saya eksekusi, plester dan farban testa dan tanganpun terjadi tidak luka tapi seolah-olah ada luka, kita bergerak pulang di secretariat ramai penjembutannya, menjemput shahabat Maun dan saya dalam keadaan terfarban testa bahwa ada peristiwa kecelakaan tabrakan, kami berdua mendapatkan pelayanan prima diberi minum susu dan roti coe, diberi makan dan berjalan sampai empat hari, meraka (Taufik Madjid, Jasri dll) para senior begitu sayang tugas-tugas kepanitiaanpun untuk saya dan Maun ditiadakan demi pemulihan dan kesembuhan, kabar kecelakaan inipun terdengar di teman-teman kampus akhirnya setiap hari teman-teman jenguk Maun dengan mambawa buah-buahan (salak, apel, lemon dll), berdua setiap saat makan buah-buahan, kisah ini benar-benar melekat di alam memori bawah sadar saya, sampai-sampai di saat audensi dengan Pejabat Gubernur Maluku Utara Muh Efendi bertanya kenapa testamu di forban saya langsung jawab baru pulang jihat dapat pana di testa.

Kawan engkau telah dialam keabadian Sang Khalik telah memanggilmu, akan terus kukenang perjalanan persahabatan kami berdua, kutulis dalam memoriam ini sekali lagi sebagai pengingat masa-masa mengukir bersama perjalanan eksistensi pencarian jati diri, almarhum Samaun Abd Rahman teman rasa saudara, teman rasa adik kaka, tahun 2001 sebgai wujud pengabdian perguruan Tinggi (KKLI) STAIN Ternate saya pingin bersamamu di tempatkan di desa Yomen Ujung Gane Barat, namun pihak perguruan Tinggi membagi desa tidak bersamaan, engkau bersama Said Hamja, dan Muhlis Djuma di tempatkan di Desa Yomen, di akhir-akhir KKLI saya menyewa bodi perahu untuk melihat kerja-kerja pengabdian kalian bertiga di Yomen dan ternyata kesuksesan KKLI di jaman itu adalah kesuksesan kalian di Yomen dan itu pengakuan dari Koramil, Kapolsek dan Camat Gane Barat saat seminar akhir KKLI di Saketa, mereka semua memuji kalian bertiga dan koramil membandingkan kerja-kerja Abri Masuk Desapun tidak akan sukses seperti kalian bertiga lakukan, masyarakat Yomen mengabadikan Dermaga bernama Dermaga Samaun Abd Rahman, Jalan dinamai Jalan Said Hamja dan TPQ dinamai TPQ Al-Muhlisin, dan kalian bertiga merubah nama Desa Yomen saat itu menjadi Desa YAMAN, sebuah peristiwa yang tidak pernah terjadi dalam sejarah KKN dan KKLI STAIN.

Selamat jalan Kawan, teman semoga Husnul Khatimah Allah memanggilmu Irji’I Ilaa Rabbika Raadhiatam Mardhia Fadkhulii Fi Ibaadi Fadkhulii JannatiiI amal baikmu Insya Allah diterima oleh Allah dan di tempatkan dalam Syurgnya Allah. Alfatihah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini