Ziyad Hubbillah S Taib: Menjaga Kalam, Menggapai Cita di Jalan Bhayangkara
RadarTimur.id, Ternate — Di antara ribuan wajah yang bersemangat mengikuti seleksi calon siswa (Casis) Bintara Polri di Polda Maluku Utara (Malut), ada satu sosok tampak lebih tenang. Ia adalah Ziyad Hubbillah S Taib, pemuda kelahiran 8 Januari 2007, yang datang dengan cita-cita besar menjadi pelayan masyarakat lewat seragam cokelat kebanggaan Polri.
Ziyad adalah satu dari 1.464 Casis yang lolos dari tahapan seleksi sebelumnya dan lanjut ke tahapan ujian Computer Assisted Test (CAT) Akademik, yang digelar Rabu, (7/5/2025).
Mereka yang lolos sampai ke tahapan seleksi dimaksud, terbagi dalam lima jalur: Bintara Polisi Tugas Umum (PTU), Brimob, Polairud, Bintara Kompetensi Khusus (Bakomsus), dan Rekrutmen Proaktif (Rekpro). Di antara ribuan wajah penuh asa itu, kisah Ziyad terasa istimewa.
Di balik postur tubuhnya yang ramping dan sikapnya yang santun, tersembunyi riwayat panjang seorang penjaga Kalam. Qari muda yang telah mewakili Maluku Utara dalam berbagai ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) tingkat nasional, kini melabuhkan niat untuk maksimal ikut seleksi sebagai seorang Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
“Menjadi polisi itu bukan hanya tentang kekuatan fisik. Ini juga tentang keberanian dan keteladanan. Saya sudah siapkan diri untuk ikut seleksi,” kata Ziyad dalam percakapan dengan RadarTimur.id, usai mengajarkan anak-anak mengaji pada Selasa (12/5/2025).

Anak Penurut Dengan Segudang Prestasi
Ziyad lahir di Ternate pada 8 Januari 2007. Ia anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Salim Taib dan Fatma Salasa. Ayahnya tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Malut yang dikenal bersahaja. Ibunya aktif dalam kegiatan keagamaan perempuan. Mereka hidup sederhana, tapi kaya akan nilai.
Sejak kecil, Ziyad sudah dibiasakan bangun subuh untuk shalat berjamaah dan mengaji. Pendidikan dasarnya dijalani di SD Alkhairat Kalumpang, lalu melanjutkan ke MTs dan MA Alkhairat pada lembaga pendidikan yang lekat dengan pembinaan karakter Islami. Di situlah benih kecintaan pada Alquran tumbuh subur.
Ia mulai belajar tilawah sejak kelas 2 SD. Kemudian di kelas IV mengikuti MTQ tingkat Kota Ternate dan meraih juara harapan tiga. Tahun demi tahun, prestasinya terus menanjak. Pada 2015, ia menyabet Juara 1 matalomba Tartil tingkat Kabupaten Halmahera Timur. Setahun berselang, ia menyanyikan qasidah dan keluar sebagai peserta terbaik vokal anak tingkat provinsi. Lomba itu mengantarnya ke panggung nasional di Provinsi Lampung.
Pada 2020, 2021, dan 2022, Ziyad menjadi langganan juara 1 matalomba Tahfidz 1 juz dan Tilawah dalam MTQ tingkat Provinsi Malut. Di STQ Nasional 2021 yang digelar di Sofifi, Kota Tidore Kepulauan, ia tampil sebagai wakil Maluku Utara. Tak berhenti sampai di situ, pada MTQ Remaja, 2024 di Halmahera Timur dirinya mendapat juaran 1 dan kembali meraih juara 1 matalomba tilawah di ajang STQ 2025 pada kabupaten yang sama.
“Ziyad itu bukan hanya bisa mengaji, dia paham makna di balik ayat,” ujar Sidik Limatahu, Kepala Madrasah Tsnawiyah Alkhairaat Kalumpang.
Dari Mimbar Tilawah ke Barisan Bhayangkara
Meski memiliki modal besar untuk menjadi ustadz atau pendakwah profesional, Ziyad memilih jalur yang tak biasa. Selepas lulus dari Madrasah Aliyah tahun 2024, Ziyad tak langsung mengejar dunia kerja atau mengikuti jejak teman-temannya kuliah ke luar daerah.
Ia memilih tetap di Ternate, melanjutkan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Fakultas Tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam.
Langkahnya mendaftar sebagai calon anggota Polri juga bukan tanpa alasan. Dirinya melihat korps Bhayangkara sebagai ladang pengabdian, sekaligus ruang strategis untuk menyebarkan nilai-nilai keadilan, kebaikan, dan keteladanan yang diajarkan Islam.
Bahkan dirinya juga percaya bahwa menjadi Polisi bukan sekadar menjalankan hukum, tapi juga menjadi teladan moral di tengah masyarakat, “Saya ingin memperdalam ilmu agama, tapi juga ingin mengabdi lewat institusi negara (Polri),” kata pemuda yang pernah mondok di Pesantren Al-Kautsar Tangeran Selatan, itu. Pondok dimaksud, diasuh oleh Buya. KH. Muhammad Ali, qori dan dewan hakim nasional.
Dia mendaftar melalui jalur Bintara di Kabupaten Halmahera Timur. Di sana, dirinya mengikuti tahapan Pemeriksaan Administrasi (Rikmin) awal. Setelah lolos tahap awal, kemudian melangkah ke Polda Malut untuk mengikuti tes lanjutan. Pemeriksaan Kesehatan (Rikkes) 1, Ujian CAT Psikologi dan CAT Akademik telah dilalui dan masih sekitar 8 tahapan tes lagi yang harus dijalani untuk sampai di pengumuman kelulusan.
Hari pertama apel di Polda, nama Ziyad langsung bergema. Salah satu panitia, yang pernah mendapat informasi bahwa ada Casis yang bisa mengaji dengan suara emas. Tanpa banyak tanya, Ziyad diminta maju ke depan. Ayat-ayat suci Alquran dengan tartil dan tajwid dilantunkan nyaris sempurna. Hadirin terdiam. Beberapa bahkan larut dalam lantunan Kalam, “Jika diminta membaca Alquran, saya tak bisa menolak,” ujar dia.
Antara Cita dan Cinta
Keputusan untuk ikut seleksi Polri bukan hal yang tiba-tiba. Sejak duduk di bangku MA, Ziyad sudah menaruh minat pada profesi Polisi. Ia membangun rutinitas yang disiplin. Setiap sore, joging, berenang, latihan fisik ringan seperti sit-up, push-up dan restock.
Ia juga tetap mengaji dan mengajar anak-anak kecil di Pondok Tilawah Al-Qur’an Halimahtusahibah Kelurahan Kalumata, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate.
Kata dia, Ayahnya pernah berpesan, “Kalau kamu jadi polisi, jadilah polisi yang bisa membuat orang nyaman, bukan takut.”
Simbol Harapan Baru
Ziyad Hubbillah adalah potret generasi baru Bhayangkara yang diharapkan publik: cakap, religius, dan berdedikasi. Suaranya pernah menggema lewat ayat-ayat suci. Kini ia ingin bersuara lewat pengabdian.(cal)
Tinggalkan Balasan