radartimur.id

Dari Informasi ke Transformasi

Sabtu, 25 Oktober 2025

Dari Alat Pinjaman, Lahir Perahu Semang

RadarTimur.id, Ternate – Di sudut tenang kawasan Malikurubu, suara ketukan kayu dan dentingan alat pertukangan terdengar bersahut-sahutan. Di sanalah Saiful Sukur, pemuda asal Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Ternate Tengah, mencurahkan semangat dan tenaganya untuk sebuah karya yang terbuat dari mimpi, perahu semang buatan tangan sendiri.

Bersama dua sahabatnya (Idhar dan Rustam B Hakim), Saiful memulai proyek ini bukan karena punya banyak uang atau akses ke peralatan canggih, melainkan karena dorongan untuk berkarya dan membantu aktivitas nelayan kecil, termasuk dirinya sendiri.

Di Ternate, laut bukan hanya latar belakang geografis, melainkan nadi kehidupan dan Saiful, yang terbiasa memancing sejak kecil, tahu persis pentingnya memiliki perahu yang layak.

“Saya liat-liat gambar perahu di internet kemudian tertantang lama-lama jadi semacam tantangan untuk bikin perahu sendiri dari nol,” tutur Saiful, sambil mengelus bagian lambung perahu yang masih basah oleh cat pelindung pada Rabu (21/5/2025).

Perahu semang yang mereka buat memiliki panjang sekitar 4,8 meter dan lebar 70 centi meter. Meski tampak sederhana, konstruksinya cukup solid. Mereka menggunakan bahan yang mudah didapat, tripleks 1 centi meter, papan, dan kayu lata berukuran 3×3 cm sebagai kerangka.

Namun, bagian luar perahu dilapisi fiber, sebuah upaya agar perahu ini tahan menghadapi kerasnya ombak laut Ternate.

“Lapisan fibernya itu penting, supaya tidak gampang bocor dan kuat melawan air asin,” jelasnya.

Perahu Semang Yang Sedang Dalam Pengecatan

Yang membuat cerita ini makin luar biasa adalah keterbatasan alat yang mereka hadapi. Gergaji, bor, dan skaf listrik yang mereka pakai sebagian besar dipinjam dari teman-teman dan warga sekitar.

Beberapa alat bahkan sudah tak tajam dan sering macet. Tapi justru di situlah letak kekuatan mereka, semangat pantang menyerah.

“Kalau alat kami bagus, mungkin 3 hari sudah selesai. Tapi karena alat seadanya, ya kami sabar dan baru selesai dalam satu minggu,” kata Idhar yang juga diamini Rustam.

Meski prosesnya lambat, semangat mereka tak pernah padam. Bahkan beberapa warga sekitar mulai tertarik melihat proses pembuatan yang dilakukan sepenuh hati itu. Beberapa remaja pun datang membantu mengecat atau hanya sekadar melihat-lihat, membawa suasana kerja bak komunitas kecil yang hidup dari gotong royong.

Kini, ketika bentuk perahu mulai tampak sempurna, muncul harapan baru di hati Saiful. Ia tak sekadar ingin menggunakan perahu itu sendiri, tapi juga ingin kegiatan ini bisa dikembangkan menjadi usaha kecil.

Ia membayangkan, jika ada dukungan dari dinas perikanan, koperasi, atau lembaga pemberdayaan, mereka bisa memproduksi lebih banyak perahu untuk para nelayan muda di Ternate.

“Bayangkan kalau ada pelatihan, alat bantu, atau modal usaha. Kami bisa buat 5 atau 10 perahu dalam satu bulan. Bisa bantu banyak orang,” ucapnya dengan mata berbinar.

Harapannya sederhana adalah perhatian. Dirinya, tak meminta bantuan besar, hanya sebuah sentuhan dari pihak terkait agar potensi lokal seperti ini bisa bertumbuh.

Di tengah dominasi teknologi dan urbanisasi, langkah Saiful dan kawan-kawannya adalah pengingat bahwa inovasi sejati sering kali lahir dari keterbatasan. Dari tangan-tangan yang tak menyerah, dan dari semangat yang tetap menyala meski alat tak sempurna.

Di tengah terpaan angin pesisir dan debur ombak, perahu semang buatan Saiful bukan sekadar alat tangkap ikan tapi juga simbol mimpi yang dirakit perlahan, dengan ketekunan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini