Polemik Riset Merkuri, DKP Bakal Lakukan Pendalaman
RadarTimur.id, Ternate – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara (Malut), Fauzi Momole akhirnya angkat bicara terkait polemik hasil riset Nexus3 Foundation bersama Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang menyatakan bahwa Teluk Weda Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng) telah tercemar limbah logam berat berupa merkuri 47 persen dan arsenik 32 persen.
Fauzi, juga menepis wacana yang bereda bahwa pihaknya akan menghentikan aktivitas nelayan untuk sementara waktu akibat informasi hasil riset tersebut.
Dia mengaku bahwa pernyatanya pada debat publik beberapa waktu lalu yang kemudian disalah artikan bahwa aktivitas nelayan akan dihentikan untuk sementara waktu. Padahal itu adalah langkah terakhir apabila pihaknya telah melakukan pendalaman dan ternyata kondisinya benar bahwa ada pencemaran.
Dia juga menegaskan bahwa pihaknya tidak dalam posisi menolak atau menerima hasil riset yang dilakukan oleh lembaga penelitian itu. Akan tetapi pendalaman akan dilakukan semaksimal mungkin dengan melibatkan seluruh unsur terkait, mulai dari pemerintah pusat, peneliti independen, akademisi, hingga komunitas nelayan.
“Saya sampaikan bahwa pendalaman akan dilakukan dan apabila situasinya ada pencemaran maka di kami itu ada kebijakan yang namanya session closing area atau menutup aktifitas di area itu untuk sementara waktu. Bahasa itu yang kemudian disalah artikan bahwa akan dilakukan penghentian aktivitas nelayan,” jelas dia.
Meski demikian, dia mengaku, pihaknya juga mempertanyakan indikasi kandungan merkuri dan arsenik yang ditemukan dalam ikan, air laut, hingga darah manusia. Oleh karena itu perlu ditelusuri dari mana sumber utama kandungan tersebut, mengingat industri nikel yang dominan di Halteng umumnya tidak menggunakan merkuri dan arsenik dalam proses produksinya.
Kalaupun menggunakan kedua bahan logam berat dimaksud maka kadarnya tidak terlalu besar, “Merkuri itu umumnya digunakan di pertambangan emas. Kalau di Halmahera Tengah dominannya tambang nikel, jadi kita perlu cari tahu, apakah ada tambang emas rakyat yang tidak terdata? Itu yang harus kita telusuri,” jelasnya.
Dirinya juga menyayangkan hasil riset dari kedua lembaga itu yang tidak melibatkan pihak-pihak di daerah dalam presentasi dan langsung dipublikasi melalui media nasional. Padahal apabila dilibatkan, pastinya, akan ada informasi-informasi yang bisa disampaikan sebagai pembanding.
“Kami juga menyayangkan publik Maluku Utara belum pernah diberi akses presentasi hasilnya, tapi sudah terpublikasi secara nasional,” timpal dia.
Sebagaimana dikehui, merkuri (Hg), merupakan logam berat yang sangat berbahaya karena bersifat racun kumulatif dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada sistem saraf, ginjal, dan organ lainnya. Sementara arsenik (As) juga merupakan logam berat yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk kanker, penyakit jantung dan masalah kulit.(ksm)
Tinggalkan Balasan