radartimur.id

Dari Informasi ke Transformasi

Senin, 16 Juni 2025

Walikota Blitar Rayakan Gagasan dan Semangat Bung Karno

RadarTimur.id, Blitar – Kota Blitar Provinsi Jawa Timur (Jatim), menggelar Soekarno Coffee Festival, yang bukan sekadar perayaan kopi, melainkan juga bentuk penghormatan mendalam terhadap warisan pemikiran Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Dibuka pada Jumat sore, 13 Juni 2025, oleh Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin atau akrab disapa Mas Ibin, festival ini mengusung semangat perjuangan dan intelektualitas dalam balutan budaya kopi.

“Soekarno Coffee Fest adalah manifestasi nyata bahwa kopi bukan sekadar minuman, tapi simbol semangat perjuangan dan intelektualitas,” tegas Mas Ibin.

Mas Ibin menekankan bahwa bulan Juni memiliki makna khusus bagi warga Blitar, karena mengandung tiga momen penting: Hari Lahir Pancasila (1 Juni), Hari Lahir Bung Karno (6 Juni), dan Hari Wafat Bung Karno (21 Juni).

Menurutnya, nilai-nilai perjuangan yang diwariskan Bung Karno tetap relevan untuk menghadapi tantangan pembangunan daerah.

Selain bernuansa historis, Soekarno Coffee Fest juga menjadi panggung bagi geliat ekonomi kreatif dan inovasi di sektor kopi, “Semangat bangkit dan berjuang tidak boleh berhenti. Seperti kata Bung Karno, ‘jangan berhenti, boeng!’” ujarnya.

Kepala Dinas PTSP Kota Blitar, Heru Eko Pramono, menyebut festival ini telah memasuki tahun keempat dengan partisipasi 40 stan dari pelaku usaha lokal dan luar daerah, seperti Mojokerto.

“Meski hanya digelar tiga hari, semangatnya tetap terasa. Kami ingin mendorong pertumbuhan kafe di Blitar yang kini sudah mencapai 100 unit,” ungkap Heru.

Tak hanya itu, ia mengungkapkan bahwa harga kopi Blitar kini telah menembus Rp100.000 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp75.000. Kenaikan ini diyakini sebagai indikator positif dari meningkatnya apresiasi dan permintaan terhadap produk kopi lokal.

Festival ini menyuguhkan beragam kegiatan menarik sejak hari pertama. Kompetisi pour over membuka rangkaian acara di Jumat pagi, disusul panggung seni seperti Tari Pleret dan musik dari DJ Mike Clay. Momen puncak hari pertama adalah seremoni “Pemboekaaan Rakjat” dan kompetisi latte art di malam harinya.

Sabtu diwarnai dengan nuansa edukatif melalui talkshow “Mengenal Investasi Lewat Bisnis Kopi”, demo live roasting & cupping, hingga sesi NGOPI SAE yang mempertemukan pelaku usaha lintas sektor dalam obrolan santai nan produktif.

Kemeriahan berlanjut hingga Minggu, yang diawali dengan “Kopi Pagi bareng GEMAS” dan talkshow kesehatan seputar manfaat kopi. Sore harinya, panggung hiburan dimeriahkan oleh Villa Band, Javaloca, dan Electra Band. Kolaborasi Electra Band & Pak Kepz menutup festival dengan suasana meriah dan penuh semangat.

Heru Eko Pramono berharap pendekatan inklusif dalam festival ini dapat menjadi model baru dalam mendorong pertumbuhan investasi dan ekonomi kreatif. “Kalau biasanya orang bicara bisnis di meja formal, di sini cukup di kedai kopi terbuka. Lebih natural, lebih manusiawi,” ujarnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini