Kadikbud Malut Abubakar Abdullah Gaungkan “Sekolah Tanpa Beban”, Dekatkan Diri ke Guru dan Siswa
RadarTimur.id, Sofifi – Semenjak ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Maluku Utara oleh Gubernur Sherly Tjoanda pada 20 Februari 2025 lalu, Abubakar Abdullah langsung bergerak cepat.
Pria yang akrab disapa Aka ini mengusung terobosan-terobosan progresif demi mewujudkan sistem pendidikan yang merata, gratis, dan berkeadilan.
Salah satu misi utama yang dijalankan adalah menggratiskan biaya pendidikan, selaras dengan visi-misi Gubernur Sherly Tjoanda dan Wakil Gubernur Sarbin Sehe. Program ini disambut antusias oleh publik, terutama para orang tua siswa di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara. Mereka menilai kebijakan ini sebagai angin segar di tengah beban ekonomi masyarakat yang masih tinggi.
Turun Langsung ke Sekolah, Tinggalkan Ruang Ber-AC
Berbeda dari pejabat kebanyakan, Abubakar lebih sering ditemukan di sekolah-sekolah ketimbang di ruang kerjanya. Dirinya sengaja memilih turun langsung ke lapangan untuk menyerap aspirasi para guru dan siswa. Kunjungannya bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi media dialog terbuka yang menyentuh sisi emosional pendidikan.
Setiap hari Senin, Aka juga aktif mengikuti apel pagi di sekolah. Rutinitas ini menjadi sarana untuk membangun kedekatan emosional antara pejabat, guru, dan siswa. Dirinya percaya bahwa pendidikan tak sekadar soal kurikulum dan nilai, tetapi soal rasa dihargai dan didengar.
“Dalam dunia pendidikan, kita perlu membangun koneksi emosional. Kalau guru dan siswa merasa dihargai, motivasi belajar akan tumbuh dengan sendirinya,” ujar Abubakar, Kamis (7/8/2025).
“Sekolah Tanpa Beban, Belajar dengan Tenang”
Bersama timnya di Dikbud Malut, Abubakar menggagas konsep pendidikan yang diberi nama: “Sekolah Tanpa Beban, Belajar dengan Tenang, Dikbud Dekat dengan Sekolah”. Gagasan ini berangkat dari kegelisahan banyak pihak atas tekanan yang dihadapi siswa dan guru dalam dunia pendidikan saat ini.
Menurut Abubakar, sekolah bukan tempat untuk mencetak siswa-siswa yang tertekan oleh tuntutan nilai, tetapi ruang tumbuh yang ramah, inklusif, dan inspiratif.
“Ini bagian dari komitmen kami agar Dikbud benar-benar hadir dan dekat dengan sekolah. Tidak hanya memantau, tetapi juga menyelesaikan langsung persoalan di lapangan,” ujarnya saat mengunjungi salah satu SMA di Halmahera Utara, baru-baru ini.
Pemerataan Akses dan Keadilan Pendidikan
Di balik semangat dan inovasi yang diusung, Abubakar tak menutup mata pada kenyataan pahit yang dihadapi sebagian besar masyarakat Maluku Utara yakni ketimpangan akses pendidikan.
Faktor geografis dan ekonomi membuat banyak anak di daerah pedalaman kesulitan mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal ini menjadi salah satu fokus utama kebijakan Dikbud di bawah kendalinya. Aka mendorong agar sarana dan prasarana pendidikan diperbaiki, distribusi guru ditata ulang, dan fasilitas pendukung pendidikan lebih merata.
Ruang Cataly1st: Forum Aspirasi Guru
Satu lagi inovasi yang menyedot perhatian adalah peluncuran “Ruang Cataly1st”, sebuah forum terbuka yang mempertemukan para guru dengan pejabat pendidikan tingkat provinsi. Forum ini menjadi wadah aspirasi para tenaga pendidik yang selama ini merasa kurang mendapat ruang berbicara.
Melalui Ruang Cataly1st, guru-guru dapat menyampaikan keluhan, saran, bahkan ide-ide inovatif untuk pengembangan pendidikan. Setiap masukan yang masuk akan dikaji secara serius dan dijadikan dasar pembahasan dalam pengambilan kebijakan Dikbud.
“Pemimpin di dunia pendidikan bukan hanya memberi perintah, tapi juga harus mendengar, menginspirasi, dan mendampingi. Itulah semangat di balik Ruang Cataly1st,” kata Abubakar.
Menuju Pendidikan Maluku Utara yang Humanis dan Bermutu
Gaya kepemimpinan Abubakar Abdullah yang partisipatif, humanis, dan proaktif mendapat banyak apresiasi dari kalangan pendidikan. Bahkan dinilai sebagai sosok pejabat yang tidak hanya berwacana, tetapi benar-benar bekerja.
Langkah-langkahnya selama kurang dari setahun menjabat sudah mulai menunjukkan arah perubahan. Dengan semangat kolaborasi dan keterlibatan semua pihak, Abubakar meyakini bahwa pendidikan di Maluku Utara bisa menjadi lebih inklusif, bermutu, dan menyenangkan.
“Saya meyakini slogan “Sekolah Tanpa Beban, Belajar dengan Tenang” benar-benar menjadi wajah baru pendidikan di Maluku Utara,” timpal dia.(*)
Tinggalkan Balasan