Landasan Pitu Morotai Bangkit Lagi, Dari Medan Perang Dunia II Menjadi Arena Latihan Militer Internasional
RadarTimur.id, Morotai — Jejak sejarah Perang Dunia II di timur Indonesia kembali menggeliat. Landasan Pitu Morotai di Provinsi Maluku Utara (Malut), yang dulunya menjadi arena strategis Sekutu dalam menghadapi Jepang, kini bersiap menjelma menjadi pangkalan latihan militer internasional.
Tak tanggung-tanggung, latihan militer gabungan antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Royal Australian Air Force (RAAF) akan segera digelar di kawasan tersebut.
Sebagai bentuk kesiapan atas agenda itu Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan bakal melakukan revitalisasi besar-besaran terhadap landasan pacu bersejarah ini. Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan (Menhan) RI Sjafrie usai menerima kunjungan Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, di Jakarta pada Kamis (5/6).
Menhan Sjafrie menuturkan bahwa terdapat enam runway di kawasan tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi latihan militer. Rencana akan dilakukan peningkatan infrastruktur runway dengan harapan mampu menampung operasi pesawat tempur hingga pesawat angkut milik TNI dan negara mitra.
“Kita akan tingkatkan, kita akan panjangkan (runway) lagi sehingga pesawat-pesawat tempur kita, pesawat transport (angkut) kita akan bisa mendarat di situ,” tutur Manhan Sjafrie dilansir dari indonesiadefense.com, Sabtu (7/6/2025).
Menurut Sjafrie kedekatan geografis dan hubungan strategis Indonesia-Australia membuat kolaborasi militer ini semakin relevan dan penting, “Australia dekat kita undang mereka latihan bersama di Morotai,” tegasnya.
Selain Angkatan Udara, latihan bersama ini juga akan melibatkan kekuatan laut dari kedua negara, menjadikan Morotai sebagai episentrum baru latihan militer terpadu di kawasan Asia Pasifik.
Namun, Morotai bukan sekadar lokasi strategis. Pulau ini adalah saksi bisu pergolakan geopolitik global di era Perang Dunia II. Dulu, Morotai menjadi basis penting pasukan Sekutu, terutama Amerika Serikat, dalam upaya menundukkan dominasi Jepang di Pasifik. Infrastruktur yang dibangun kala itu termasuk tujuh landasan pacu.
“Sebetulnya kita mempunyai latar belakang historis dengan Amerika Serikat yang juga pada waktu Perang Dunia Kedua itu menjadikan Morotai daerah persiapan, yang meninggalkan infrastruktur yang sangat bagus,” jelas Menhan Sjafrie.
Terpisah, Ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Kabupaten Pulau Morotai, Mc Bill Abdul Aziz, menyambut baik rencana pemerintah pusat menjadikan Landasan Pitu Morotai sebagai pusat latihan militer internasional.
Dirinya bahkan bersedia menyediakan lahan dan bangunan yang dapat difungsikan sebagai barak sementara bagi ratusan personel TNI selama masa latihan.
“Kami siap membantu TNI dengan menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan karena kami yakin kehadiran latihan militer ini bukan hanya penting bagi negara, tapi juga berdampak positif bagi kemajuan Morotai ke depan,” pungkasnya.
Landasan Pitu, yang berada di Desa Wamama, Kecamatan Morotai Selatan, dibangun pertama kali oleh pasukan Jepang pada 17 Oktober 1944. Dua landasan awal dibangun selama pendudukan Jepang pada 1942. Namun, saat Sekutu merebut Morotai pada 1944, mereka memperluas kompleks menjadi tujuh landasan pacu. Salah satunya kini difungsikan sebagai Bandara Pitu Morotai.
Selain landasan pacu, kawasan Morotai juga masih menyimpan jejak sejarah berupa museum Perang Dunia II, yang menjadi saksi bisu dinamika geopolitik masa lalu dan kini berpotensi menjadi bagian dari diplomasi pertahanan masa depan.(*)
Tinggalkan Balasan