China Garap Hilirisasi Kelapa Indonesia Rp 1,6 T
RadarTimur.id — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merespons positif investasi senilai US$ 100 juta (setara Rp 1,64 triliun) dari investor asal China di sektor industri kelapa Indonesia.
Investasi besar tersebut merupakan bagian dari upaya hilirisasi industri yang selama ini digencarkan pemerintah, dan telah memasuki tahap groundbreaking.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menegaskan bahwa proyek investasi tersebut sejalan dengan arah kebijakan industri nasional, termasuk dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Kalau hilirisasi kan itu sudah menjadi kewajiban kita. Itu sudah tertuang di dalam RIPIN, RPJMN, dan kebijakan-kebijakan Menteri Perindustrian. Ini terus berjalan,” ujar Putu, baru-baru ini.
Putu menjelaskan bahwa Kemenperin akan memberikan dukungan menyeluruh, mulai dari menjamin ketersediaan bahan baku, peningkatan standar produk, hingga fasilitasi kemitraan antara produsen dan pelaku pasar lewat skema business matching.
“Kami terus berupaya mempermudah investasi melalui dukungan bahan baku, penyerapan teknologi, peningkatan kapasitas industri, serta mempertemukan pelaku usaha dalam dan luar negeri,” jelasnya.
Selain itu, Kemenperin juga berkomitmen menjaga keseimbangan antara kebutuhan kelapa di dalam negeri dan ekspor. Ditjen Industri Agro pun akan terus memantau distribusi dan pemanfaatan kelapa agar kepentingan nasional tetap terjaga.
“Keseimbangan ini penting. Kami dari Kemenperin akan terus berupaya menyeimbangkan kebutuhan domestik dan ekspor,” tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Kepala BKPM, Rosan Roeslani, mengungkap bahwa perusahaan asal China kini menjadi salah satu investor paling aktif di Indonesia, tidak hanya di sektor mineral tetapi juga agribisnis seperti kelapa.
Bahkan, salah satu perusahaan kelapa terbesar dunia dari China telah memulai pembangunan fasilitas pengolahan kelapa di Indonesia.
“Kalau dulu kelapa kita diekspor dalam bentuk utuh, sekarang akan diolah terlebih dahulu di dalam negeri sebelum diekspor. Ini sangat menguntungkan,” kata Rosan.
Rosan menilai kehadiran investor China di sektor kelapa akan memperkuat nilai tambah produk nasional, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen kelapa dunia.(*)
Tinggalkan Balasan