radartimur.id

Dari Informasi ke Transformasi

Selasa, 4 November 2025

Mahasiswa Kelautan Unipas Buka Suara Soal Ikan Kerapu Aneh di Teluk Weda

RadarTimur.id, Weda – Ketenangan perairan Teluk Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, terusik oleh temuan mengejutkan sejumlah nelayan Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara. Seekor ikan kerapu yang ditangkap nelayan setempat memiliki kondisi tubuh tak biasa.

Dalam video yang beredar luas di media sosial pada Jumat (31/10/2025), tampak para nelayan membelah perut ikan tersebut. Alih-alih organ normal, mereka menemukan gumpalan hitam pekat menyerupai endapan logam. Daging ikan juga tampak menghitam dan terkesan terkontaminasi.

Salah satu nelayan dalam video itu terdengar kaget dan menyebut bahwa baru kali pertama melihat ikan dalam kondisi seperti itu. “Ikan ini seperti kena racun atau limbah,” ujar nelayan tersebut.

Namun, pandangan berbeda datang dari kalangan akademisi. Al Hi Said Loku, mahasiswa Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Pasifik Morotai (Unipas), menilai bahwa gejala yang ditemukan pada tubuh ikan kerapu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kontaminasi logam berat seperti merkuri.

“Dalam ilmu iktiologi, ikan kerapu merupakan predator tingkat atas di ekosistem terumbu karang dan memakan ikan kecil, cacing, serta crustacea. Berdasarkan hasil pengamatan visual pada video, yang terlihat di tubuh ikan itu justru mirip parasit internal seperti larva nematoda atau cestoda,” jelasnya, Sabtu (1/11/2025).

Menurut Al Hi Said, ikan yang terkontaminasi merkuri biasanya menunjukkan ciri fisik tertentu, seperti perubahan warna insang menjadi kehitaman atau pucat, perilaku berenang tidak terkendali, atau agresif.

“Kalau yang ditemukan nelayan itu berupa cacing-cacing kecil, maka kemungkinan besar bukan karena limbah, melainkan infeksi parasit alami yang biasa terjadi pada predator laut,” tambahnya.

Dia juga mengingatkan agar Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Halmahera Tengah bersama DKP Provinsi Maluku Utara segera turun tangan melakukan penelitian laboratorium.

Langkah ini, katanya, penting untuk mencegah munculnya asumsi liar yang bisa berdampak pada kepercayaan publik terhadap hasil tangkapan nelayan.

“Kalau tidak diteliti secara ilmiah, masyarakat bisa salah paham dan takut membeli ikan. Padahal bisa saja itu fenomena biologis yang alamiah,” tegasnya.(ksm)